Rabu, 13 April 2011

Perancangan Alat Pembuat Pupuk


Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dibagi dua yaitu :
1.             Sampah Organik Hijau. (sisa sayur mayur dari dapur)
Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah).
2.             Sampah Organik Hewan yang dimakan. seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll. Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :
·      Kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.
·      Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.
·      Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman.
Sampah yang bersih dapat dijual atau diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.
Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

2.2.  Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga
2.2.1.  Alternatif  pertama
1.  Persiapkan bahan-bahan seperti yang tertulis di bawah ini:
  1. Kardus.
  2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastic.
  3. Persiapkan 5 s.d 6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan.
  4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 s.d 4 cm.
  5. Alat pengaduk .
f. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat cucian baju kotor (takakura).
2.  Cara membuat, seperti yang tertera di bawah ini  
a.         Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang, atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3 s.d. 4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur.
  1. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.
2.2.2.  Alternatif kedua
1.  Persiapkan bahan-bahan seperti yang tertulis di bawah ini:
  1. Wadah drum, ember plastik atau gentong.
  2. Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara.
  3. Bahan sampah yang dipotong 2 s.d. 4 cm.
  4. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban. Bahan-bahan ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan.
  5. Air.
(sumber.www.Forum Sains .com/ Teknik Lingkungan)
2.  Cara membuat 
  1. Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau mikroorganisma pengurai.
  2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh.
  3. Disiram dengan air secara merata.
  4. Pada hari ke 5 s.d 7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur.
  5. Sampah telah berubah menjadi kompos.
2.3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan  
Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organik yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 s.d  2,0 meter dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah 40 s.d 50 ºC.
Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu.
Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 s.d 70 %. Bahan dari hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau rumput-rumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40 s.d  60 %.
Pada saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui sedini mungkin, ke dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.
  
2.4.  Mesin Perajang/Penggiling dan Pengaduk Sampah
Melihat perkembangan untuk mesin perajang/penggiling dan pengaduk sampah yang dibangun, direncanakan mesin dengan posisi horizontal (mendatar), hal ini mempertimbangkan adanya masalah pengolahan yang lebih praktis dan efisien. Kemudian mesin ini digerakkan oleh sebuah elektromotor untuk menggerakkan dua buah mesin, yaitu mesin perajang/penggiling dan mesin pengaduk.  Permodelan mesin yang direncanakan dapat dilihat seperti pada gambar berikut : 
                         Gambar 2.1. Konstruksi Mesin Pengolah Sampah



2.5.   Dasar Perancangan
         Sudah banyak yang mengemukakan tentang pengolahan sampah kompos  dalam perancangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu adanya proses perancangan dan perencanaan lanjutan. Untuk menanggulangi masalah yang timbul pada masyarakat perlu dilakukan perekayasaan yang lebih baik. Dalam merekayasa harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dalam bentuk sebuah masalah, yaitu dari kekurangan yang telah ada pada rancangan sebelumnya.
         Meskipun peran perekayasa dalam membuat konsep langkah rancangan yang telah dilalui tetapi hasil sempurna sebuah desain permulaan sulit dicapai. Untuk itu perlu dilakukan pengembangan lanjut sebuah desain sampai mencapai sebuah taraf tertentu yang diinginkan yaitu hambatan yang timbul. Cara mengatasi efek samping yang tidak terduga dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan pemakai, salah satu di antaranya adalah menyarankan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Meneliti dan menemukan masalah yang ada dalam melakukan pengerjaan permesinan.
2.      Menentukan beberapa solusi dari masalah yang dirangkai dengan melakukan rancangan pendahuluan.
3.      Menganalisa dan memilih solusi yang baik dan menguntungkan.
4.      Merencanakan sebuah elemen, gambar kerja setelah merancang bagian utama.
5.      Membuat detail rancangan dari solusi yang terpilih.


2.6.   Cara Dan Prinsip Kerja Mesin Yang Dirancang
Berhubung karena pelaksanaan pembuatan mesin pengolah sampah kompos ini dilakukan oleh suatu kelompok dengan anggota sebanyak empat orang. Maka sesuai dengan pembagian tugas masing-masing peserta, penulis pada kesempatan ini mendapat topik pembahasan masalah perencanaan mesin pengaduk sampah untuk pembuatan kompos dengan kapasitas 40 kg/jam.
Cara kerja atau unjuk kerja dari mesin yang dirancang ini setelah selesai  dibuat dan siap untuk dipakai, maka proses pengaduk mesin pengolahan sampah menjadi kompos tersebut adalah sebagai berikut: Sampah yang telah selesai dirajang/digiling pada mesin perajang dan penggilingan kemudian hasilnya dikumpulkan sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan. Operasikan mesin kemudian sampah-sampah yang telah dikumpulkan tadi masukkan ke dalam (lihat Gambar 2.1) tabung pengaduk (6), setelah tutup tabung dibuka (2). Bersamaan dengan itu masukkan pula bahan-bahan lain untuk mempercepat terjadinya proses agar menjadi kompos. (Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH sampah harus diusahakan tidak terlalu rendah. Namun, pH sampah yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu). Lakukan pengadukan hingga merata, lama waktu pengadukan berkisar antara 10 s.d 15 menit. Setelah hasil pengadukan merata buka tutup tabung. Keluarkan sampah dengan cara  menarik tangkai (1) sehingga tabung pada posisi miring. Setelah seluruh sampah keluar dari dalam tabung hentikan mesin. Maka pengoperasian mesin telah selesai.

 2.7.   Daya Motor Penggerak
http://tbn0.google.com/images?q=tbn:XEmZ2IZlV9MVJM:http://i222.photobucket.com/albums/dd96/thunderianz/electric/dynamo/motor-01-300x300.jpgMotor listrik merupakan sumber utama sebagai tenaga untuk mensuplai daya ke poros dengan menggunakan puli dan transmisi sabuk, daya dari motor ini juga digunakan secara bersamaan untuk memutar mesin perajang/penggiling sampah yang merupakan satu sistem yaitu mesin pengolahan sampah menjadi kompos.


Gambar 2.2  Motor Listrik
         Untuk menentukan  daya motor pengerak  dilakukan  secara  sistematis, yaitu :
1.            Menentukan daya motor penggerak yang dibutuhkan untuk menggerakkan  perangkat mesin pengaduk  sampah.
2.            Menentukan daya motor penggerak yang dibutuhkan untuk melakukan pengadukan  sampah.
2.7.1. Daya penggerak perangkat mesin pengaduk
         Untuk menggerakkan seluruh komponen/alat perangkat mesin pengaduk sampah, maka perlu diketahui daya motor penggerak yang dibutuhkan agar mampu menggerakkan seluruh komponen/alat tersebut. 

1 komentar:

semoga membantu

^_^